Indo Artileri

Kembalilah Jaya Indonesiaku

Kami Membutuhkanmu Soekarno

Kembalilah

Review Film The King's Speech



Film ini ber-setting tahun 1925, dibuka dengan keterangan "Raja George memerintah seperempat penduduk dunia. Dia meminta putra keduanya, The Duke of York untuk memberi pidato penutupan pameran kerajaan di Wembley, London". Scene lalu menunjukkan persiapan menjelang pidato dari Pangeran Albert (Colin Firth), tapi pada waktunya ia tidak dapat mengatasi kegagapannya. Perlahan scene pun bergulir, menceritakan usaha Albert untuk mengobati gagapnya. Ia pernah diminta oleh dokternya untuk mengulum beberapa butir kelereng yang telah disteril dan dengan mulut penuh kelereng disuruh membaca teks pidato di tangannya.  Tentu saja hal ini tidak berhasil. Dengan kemarahan menggelegak dan rasa frustasi, Albert lalu memuntahkan kelereng di mulutnya dan meledakkan rasa gusarnya.


Isteri Albert, Elizabeth (Helena Bonham Carter) tidak ingin suaminya menyerah, maka ia diam-diam menemui terapis bicara Lionel Logue (Geoffrey Rush) dan memintanya untuk menangani kegagapan suaminya. Meski Lionel yang tadinya tidak mengenali The Duchess of York sempat menolak, ia akhirnya menyanggupi dengan syarat-syarat tertentu. Maka kedua bangsawan itu pun sampai di tempat kerja Lionel dan disambut dengan seorang anak kecil yang juga gagap, tapi berhasil bicara pada kedua orang itu.

Lionel sempat membuat Albert jengkel karena melarangnya merokok di ruang kerjanya dan bahkan bersikeras bahwa mereka setara dan karenanya dengan nada ringan memanggilnya Bertie. Lionel lalu meminta Albert membaca setelah telinganya dipasangi headset dengan musik, sementara ia merekam suara Albert. Tak yakin akan berhasil, Albert yang sejak awal sudah jengkel pada Lionel lalu kembali meledakkan amarahnya dan bergegas pergi. Sebelumnya Lionel memberikan rekaman suara Albert dan menyebutnya sebagai “souvenir”.

Pada siaran hari Natal 1934, Albert belum juga berhasil mengatasi kegagapannya, maka ia pun menjadi sasaran kemarahan ayahnya, Raja George V. Saat mengganti piringan hitamnya, Albert tanpa sengaja mendengarkan lagi rekaman suaranya saat dulu berada di tempat kerja Lionel. Menyadari rekaman suaranya yang tidak gagap, ia menyadari bahwa ia harus kembali pada Lionel dan memintanya untuk membantunya lagi. Meski begitu, keajaiban tidak terjadi dalam sehari. Albert masih juga marah pada Lionel, sebagian besar karena rasa frustasinya sendiri. Lionel pun dengan sabar melatih Albert bicara, antara lain dengan bergumam, melonggarkan bahu, bergoyang, berguling, berteriak di depan jendela, menarik napas, dan lain-lain.

Setelah wafatnya Raja George V, maka seharusnya Albert yang menjadi raja. Berhubung karena ia gagap, maka yang akhirnya meneruskan takhta kerajaan adalah David yang bergelar Prince of Wales (Guy Pearce). Albert yang memang tak percaya diri karena gagap mulanya merasa lega. Belakangan karena David bersikeras menikahi Wallis Simpson (Eve Best), seorang janda cerai, David terpaksa melepas gelar rajanya dan memberikannya pada Albert. Lionel berpendapat bahwa Albert memang orang yang tepat untuk menggantikan ayahnya. Opininya membuat Albert marah dan menghentikan terapinya bersama Lionel.

Albert makin tertekan karena ia tidak menginginkan gelar raja yang membuatnya harus banyak berpidato, sementara ia masih belum sepenuhnya sembuh dari gagapnya. Belakangan ia minta maaf pada Lionel dan melanjutkan terapinya. Saat Adolf Hitler dan Nazi pada 3 September 1939 meminta Inggris untuk menyerahkan kekuasaan pada Jerman, maka sikap Inggris adalah menolak, dan dengan itu menyatakan perang terhadap Jerman. Lionel pun melatih dan mendampingi Albert selama merekam pidatonya untuk memberikan penjelasan pada rakyatnya apa yang menjadi sikap Inggris terhadap Jerman.

Di akhir film, dengan dampingan Lionel, Albert berhasil menyelesaikan pidatonya dan menuai banyak pujian. Di bagian belakang film juga disebutkan bahwa Albert, Raja George VI pada tahun 1944 menganugerahinya kehormatan tertinggi atas pelayanannya kepada raja. Lionel terus mendampingi Albert setiap kali berpidato selama masa perang. Melalui pidatonya yang disiarkan, Raja George VI menjadi simbol perlawanan nasional. Lionel dan Bertie (panggilan akrab Lionel kepada Albert) juga tetap berteman hingga akhir hayat mereka.

Film yang menyabet Oscar untuk kategori Actor in A Leading Role (Colin Firth), kategori Directing (Tom Hooper), Best Picture, dan Original Screenplay (David Seidler) ini memang diangkat dari kisah nyata. Meski plot film ini agak lamban dan karena itu jika Anda bukan pecinta dan pemerhati sejarah akan menjadikan film ini cukup membosankan untuk ditonton, tidak dapat ditampik bahwa film ini juga memiliki scene yang lucu dan menyentuh. Scene yang lucu antara lain saat Elizabeth mendampingi suaminya berteriak di depan jendela sebagai bagian dari terapinya sehingga membuat staf kerajaan di seberangnya segera menutup jendela. Scene yang menyentuh adalah saat Lionel dengan tatapan puas melihat ke arah Albert yang lalu bersama isteri dan kedua puterinya berjalan ke balkon untuk melambai ke arah rakyat Inggris. Drama yang berat, tapi keberanian untuk membuat film semacam ini memang layak untuk diganjar penghargaan prestisius sekelas Oscar.                                   
0 Komentar untuk "Review Film The King's Speech "

 
Copyright © 2014 Indo Artileri - All Rights Reserved
Template By. Catatan Info