- Film produksi tahun 1975 berjudul Edward The Seventh. Film yang ini dibuat semirip mungkin dengan kehidupan asli, namun tentu saja ada yang kurang mirip. Wajah-wajah pemain dipilih dan dirias semaksimal mungkin mirip dengan tokoh asli. Karena banyaknya percakapan di dalam ruangan, maka bisa jadi film ini sedikit membosankan.
- Produksi tahun 2001 berjudul Victoria and Albert. Pemeran Victoria adalah Victoria Hamilton dan pemeran Albert adalah Jonathan Fyrth. Film ini dikemas sangat apik termasuk lagu-lagu yang mengiringi. Sayang film ini berdurasi pendek, sekitar 3 jam saja.
- Sementara versi pendek berjudul Young Victoria, diproduseri oleh Sarah Ferguson, mantan istri Pangeran Andrew & juga mantan menantu Ratu Elizabeth II. Pemeran Victoria adalah Emily Blunt dan pemeran Albert adalah Rupert Friend. Film ini memang berdasar kisah nyata, namun banyak dibumbui oleh kisah rekaan belaka agar terlihat makin menarik. Dalam wawancaranya dengan sebuah stasiun televisi, Sarah Ferguson mengungkapkan kekagumannya pada kekuatan cinta Victoria dan Albert, sekaligus menyebutkan bahwa penyesalannya yang terbesar adalah saat dia tidak dapat mempertahankan cintanya seperti yang dilakukan Victoria (dalam pernikahannya yang kandas pada tahun 1992 lalu). Namun, pangeran Andrew mempersilahkan Sarah untuk tinggal seatap bersamanya dan kedua putri mereka setelah kediaman Sarah mengalami kebakaran. Catatan : Saya akan membahas kisah cinta pangeran Andrew dan Sarah di bagian lain pada blog ini. Silahkan mengikuti jika anda tertarik.
Kembali ke kisah ratu Victoria. Victoria, hingga saat ini, merupakan penguasa kerajaan yang paling lama bertahta di Inggris, yaitu 63 tahun. Mungkin rekor ini akan terpecahkan jika Ratu Elizabeth II dapat bertahta lebih lama kelak. Ratu Elizabeth II mulai menjadi ratu sejak Juni 1953, yakni setahun setelah sang ayah George VI yang juga raja di Inggris wafat.
Sedangkan Victoria bertahta setelah sang paman, Raja William wafat.
Dikisahkan bahwa dua orang kurir langsung menuju ke kediaman Victoria muda pada jam 6 pagi untuk membawa kabar tersebut. Saat itu, Victoria baru berusia 18 tahun & merupakan satu-satunya anak yang sah dari garis keluarga raja. Sekedar informasi, bahwa sang Raja yang juga paman Victoria tersebut tidak memiliki seorang pun keturunan sah.
MASA KECIL VICTORIA
Ayah kandung Victoria meninggal saat usianya baru menginjak 8 bulan. Ibunya begitu protektif terhadapnya, sehingga melarang Victoria untuk bermain dengan anak-anak sebaya di luar rumah. Bahkan tidak dengan anak-anak para abdi dalem. Victoria menjalani pendidikan di dalam rumah. Untuk naik turun tangga pun, Victoria harus digandeng oleh seorang penjaga. Ia tidur seranjang dengan sang ibu sampai pada hari ia menjadi ratu. Begitu ketatnya aturan terhadap Victoria muda di dalam rumah Kensington, sehingga dikenal sebagai Sistem Kensington. Oleh karena merasa kesepian, Victoria kecil memiliki banyak koleksi boneka yang ia beri nama masing-masing. Boneka itulah yang menjadi teman masa kecilnya. Victoria memiliki seorang pengasuh yang begitu setia dan total menjaga Victoria sedari kecil. Ia adalah wanita berasal dari Jerman yang bernama Lehzen. Victoria menggambarkan dirinya sebagai seorang melankolis. Begitu ia menjadi ratu, ia langsung mengungsikan ibunya keluar rumah karena tak tahan dengan sikap protektif ibunya.
MENCARI SUAMI
Saat berusia 17 tahun, Victoria diperkenalkan pada kedua sepupunya dari garis ibu. Tepatnya, kedua sepupu prianya adalah anak dari kakak kandung sang ibu. Ide memperkenalkan Victoria kepada para sepupunya tak lain datang dari paman dari garis si ibu, yaitu adik kandung sang ibu, dengan tujuan agar Victoria dapat memilih calon pendamping. Namun pada pertemuan pertama tersebut gagal karena Victoria tak tertarik sedikitpun satu di antara mereka.
Uniknya, meskipun mereka sepupu pertama, namun semasa kecil mereka tak pernah bertemu. Hal tersebut juga dikarenakan jarak, Victoria menetap di Inggris sedangkan kedua sepupunya menetap di Jerman.
Pada pertemuan kedua di usia menjelang 20 tahun, Victoria seperti terpanah asmara oleh salah seorang sepupunya yang bernama Albert. Albert berusia 3 bulan lebih muda dari Victoria. Sesuai dengan peraturan kerajaan di mana seorang ratu tidak boleh menerima lamaran dari pria manapun, maka Victoria lah yang harus melamar salah satu pria idamannya. Maka empat hari setelah bertemu dengan Albert, Victoria memberanikan diri untuk melamar.
Singkat waktu, lamaran Victoria diterima oleh Albert dan mereka pun menikah pada 10 Februari 1841. Bulan madu mereka hanya berlangsung selama 3 hari, namun sungguh sangat berkesan bagi Victoria. Ia pun menuliskan pengalaman bulan madunya di buku sebuah buku diari miliknya dengan kata kalimat penuh cinta serta gairah. Ia berkisah bagaimana sang suami membantunya memakaikan stocking, merangkul dan mencium berulang-ulang. Ia juga tertarik melihat Albert bercukur. Ia sangat berterima kasih kepada paman, raja Leopold yang telah memilihkan seorang pendamping yang luar biasa dan membahagiakan hidupnya.
SANG PUTRI SULUNG SAKIT PARAH
Sejak putri sulung mereka Vicky menderita penyakit parah dan hampir kehilangan nyawa, pangeran Albert mulai tidak menyukai Lehzen. Ia beranggapan bahwa Lehzen sebagai kepala rumah tangga telah salah memilih dokter yang tepat untuk sang anak. Dokter tersebut keliru dalam mendiagnosa penyakit Vicky, sehingga hanya diberikan minyak cumi-cumi. Pangeran Albert mengatakan bahwa sang anak tidak akan memiliki kekuatan lebih lama untuk berjuang melawan penyakitnya, maka itu permintaannya ingin didengarkan sebagai ayah kandung Vicky, bukan sebagai pangeran Albert. Seusai melewati pertengkaran sengit, maka Victoria pun sadar dan akhirnya mengikuti saran sang suami. Ia memberhentikan dokter yang merawat sang anak, sekaligus memulangkan Lehzen kembali ke Jerman. Awal mula Lehzen sangat berat hati menerima keputusan ratu Victoria, namun ia tak berdaya. Ratu Victoria berjanji kepada Lehzen bahwa ia akan mengirim surat seminggu sekali. Kemudian atas permintaan Lehzen, menjadi sebulan sekali. Ratu Victoria juga memberikan uang bulanan yang berlimpah kepada Lehzen.
KEHIDUPAN RUMAH TANGGA
Pada perjalanan rumah tangga mereka, pasangan ini dikaruniai 9 orang anak, yakni 5 orang perempuan dan 4 orang laki-laki. Dokter pribadi Ratu Victoria pun melarang si ratu untuk kembali hamil. Ratu Victoria sempat melancarkan protes ke dokter sebab ia khawatir tidak akan dapat menikmati hubungan suami istri lagi. Konon, ratu Victoria mengalami hernia & kondisi tubuh yang terlalu lelah akibat melahirkan 9 anak dalam kurun waktu 15 tahun. Akibatnya, Victoria mudah marah tanpa sebab yang jelas. Jika mereka sedang berkelahi, maka suara bantingan pintu selalu menggema.
Sikap Victoria ini sempat diprotes oleh Albert dalam sebuah surat "...Lagi-lagi kau marah yang tidak perlu, mengikutiku dari satu ruang ke ruang lain...". Namun kehidupan rumah tangga mereka cukup bahagia. Hal itu diungkapkan sendiri oleh pangeran Albert dalam surat yang dikirim kepada Ernest, kakak kandungnya di Jerman ;"Entah berapa kali badai menerpa kehidupan rumah tangga kita, namun selalu tetap hijau dan segar...". Banyak orang menyebut bahwa ratu Victoria adalah nenek dari bangsa Eropa, karena anak-anak serta cucu dan cicit Victoria pada umumnya menikah dengan penguasa di daratan Eropa.
MEMBELI RUMAH OSBORNE
Pangeran Albert pun sempat membeli sebuah rumah dan tanah yang sangat luas untuk dihadiahkan kepada sang istri tercinta. Rumah tersebut berlokasi menghadap ke lautan, dinamai Osborne House di Isle of Wright. Albert merenovasi rumah tersebut kembali, menambahkan nuansa arsitektur bergaya Italia pada interiornya. Ratu Victoria menggambarkan kebahagiaannya melalui tulisan, tentang hari-harinya bersama pangeran Albert dan anak-anak di rumah tersebut. Pangeran Albert dan ratu Victoria piawai memainkan piano, menambah suasana semakin ramai ditambah kehadiran 9 anak. Albert membuat museum mini di dalam rumah untuk mengajarkan anak-anaknya. Ia juga memberi seluruh anaknya petak tanah berbentuk persegi untuk mengajarkan anak-anaknya bercocok tanam. Setiap anak diberikan kereta yang memiliki inisial nama di depan. Ketika buah atau sayuran tersebut telah tumbuh, maka mereka menjual hasilnya kepada sang ayah. Albert ingin mengajarkan ekonomi dasar kepada mereka.
SUAMI YANG SETIA
Pangeran Albert merupakan ayah yang begitu mengayomi anak-anaknya, sekaligus seorang suami yang memegang teguh pernikahan monogami. Ia menerapkan sanksi moral untuk dirinya sendiri jika ia berperilaku menyimpang dalam pernikahannya. Untuk yang satu ini, pangeran Albert sangat bertentangan dengan perilaku ayah dan kakaknya yang doyan main banyak wanita. Konon, Ernest, kakak satu-satunya pangeran Albert menderita penyakit seksual menular akibat kebiasaan buruknya tersebut. Pangeran Albert pun sempat menasihati Ernest untuk segera mengobati sebelum ia menikah, karena ditakutkan Ernest takkan mampu memiliki anak kandung. Pada pernikahannya, Ernest memang tidak dikaruniai seorang anak pun. Namun pangeran Albert telah menyiapkan anak lelaki keduanya untuk menjadi anak angkat Ernest. Setelah Ernest wafat, pangeran Alfred meneruskan gelar sang paman sebagai adipati Saxe Coburg-Gotha. Ia mendiami rumah masa kecil Albert di Rosenau, Coburg, Jerman hingga akhir hayat.
FIRASAT MENJELANG WAFATNYA ALBERT
Ketika istri Albert, ratu Victoria mengingat kembali, ia merasakan aneh teringat bahwa selama enam bulan sebelum meninggal, pikiran Albert selalu tentang kematian dan kehidupan setelah kematian. Topik pembicaraan Albert dengan Victoria pun mengenai dua hal tersebut. Keduanya membaca sebuah buku berjudul Heaven Our Home/ Surga Rumah Kita.
Sekali waktu ia berkata kepada Victoria ;"Aku tidak tahu dalam tahap kehidupan apa kita akan bertemu kembali, tetapi kita pasti akan mengenal satu sama lain dan bersama dalam keabadian. Aku yakin dengan sepenuhnya". Kalimat Albert tersebut seolah ingin menyiapkan pikiran dan menenangkan Victoria, meski ternyata hal tersebut tak dapat membuat Victoria tegar sepeninggal Albert.
ALBERT MULAI SAKIT
Sebelumnya Albert mengeluh tentang sariawan dan gusi bengkak. Selain itu ia juga beberapa kali muntah, diare dan kram perut yang menyakitkan. Kadang perut Albert mengeluarkan suara gemuruh. Dengan keterbatasan ilmu kedokteran kala itu, Albert didiagnosa menderita demam tifoid. Pada jaman sekarang, penyakit tifoid dengan mudah diobati namun tidak pada jaman Albert dahulu.
Para ahli medis jaman sekarang menduga bahwa sebenarnya pangeran Albert sudah menderita penyakit tersebut selama 2 tahun sebelum wafatnya. Bisa jadi krohn atau kanker. Ibu kandung Albert meninggal akibat kanker rahim di usia 30 tahun, bisa jadi penyakit kanker diturunkan genetik kepada Albert. Sayang ratu Victoria tak mengijinkan jasad Albert untuk diotopsi demi mengetahui penyebab meninggalnya.
ALBERT MENJELANG AJAL
Pada 14 Desember 1861, dokter yang merawat Albert merasakan kemajuan yang berarti dari kesehatan Albert. Setelah 3 minggu terbaring sakit, denyut nadi Albert terdengar lebih cepat dari biasanya, mereka pun optimis bahwa Albert akan segera pulih. Namun ternyata hal itu hanya sesaat saja, sebab menjelang malam kondisi Albert menurun drastis. Suntikan brandy yang diberikan dokter seakan tidak ada arti. Pernafasan Albert terputus-putus sehingga ratu Victoria segera dipanggil untuk melihat kondisi sang suami. Ratu Victoria langsung mengatakan "oh aku tahu, ini adalah kematian. Aku sudah melihat ini sebelumnya". Seperti yang kita ketahui bahwa ibu kandung Victoria meninggal akibat penyakit kanker pada bulan Maret 1861, sehingga ia mengetahui persis bagaimana ajal menjemput seseorang yang sedang sakit parah. Kondisi Albert demikian membuatnya tak mengenal lagi orang-orang di sekelilingnya terkecuali ratu Victoria dan sekretaris pribadi Albert. Ratu Victoria pun mendekat ke sisi sang suami tercinta. Dalam bahasa Jerman, ia membisikkan "ini istri kecilmu. Cium aku". Sesaat, kepala Albert tampak bergerak mengenali suara sang istri. Ratu Victoria pun mencium Albert dengan penuh kasih. Dalam bahasa Jerman, Albert pun menjawab "wanita kecil yang baik". Disebutkan bahwa itu adalah kalimat terakhir Albert sebelum ia jatuh ke dalam koma dan kemudian meninggal dunia.
Di dalam ruang tersebut terdapat banyak orang, namun hanya 5 anak mereka yang hadir di antaranya putri Alice, putri Helena (anak ke 5), putri Louise (anak ke 6), pangeran Arthur (anak ke 7) dan putri Beatrice (putri bungsu). Putri Vicky sudah menikah dan mengikuti sang suami menetap di Jerman. Pangeran Albert pun menghembuskan nafas terakhir pada jam 11 malam, lonceng kematian segera didentangkan. Ratu Victoria terpaku dengan segala kesedihan yang ia rasakan. Anak-anak Victoria berusaha memapah sang ibu menuju ke ruang lain, namun langkah Victoria terasa sangat berat bak batu besar mengganjal. Ratu Victoria menangis semalaman, kemudian tertidur namun terbangun kembali dan menangis kembali. Dokter pun memberi Victoria obat penenang agar ia dapat beristirahat dan menyarankan agar ratu Victoria tidak mencium jenazah Albert.
Petugas kerajaan mengambil foto terakhir jenazah Albert yang wajahnya sudah dibalut oleh kain. Karena kesedihan yang sangat, Ratu Victoria tidak menghadiri pemakaman Albert di mausoleum Frogmore. Sebuah eufigi berwarna putih (patung jenazah Albert) diletakkan di atas kuburan Albert.
MISTERI TANGGAL 14 DESEMBER
Seminggu menjelang 14 Desember 1871, tiba-tiba pangeran Edward, anak kedua Albert dan Victoria, jatuh sakit. Dokter mendiagnosa Edward terkena typoid, penyakit yang diduga membuat Albert meninggal. Istri Albert, putri Alexandra sangat ketakutan dan kerap menangis. Putri Alice, sekali lagi, merawat sang kakak dengan penuh kasih sayang. Kebetulan putri Alice dan sang suami sedang datang berkunjung ke Inggris. Pangeran Alfred sangat cemas, sementara putri Helena kerap menangis.
Dalam kondisi parah, ratu Victoria datang ke kediaman Albert dan menengoknya. Dokter sudah memberi peringatan kepada Victoria bahwa kemungkinan pangeran Edward sudah mendekati hari terakhirnya. Pada tanggal 13 Desember 1871, Edward sangat kritis dan mendadak pingsan. Dokter pun memeriksa nadi Edward di leher, dan mengatakan bahwa ternyata Edward mampu melewati masa kritisnya. Pada 14 Desember 1871 pagi, Edward terbangun. Tampaknya sang ayah tercinta masih menghendaki ia hidup dan menjadi raja menggantikan sang ibu kelak.
Alice sendiri tidak berusia panjang. Pada usia ke-32 tahun, ia menghembuskan nafas terakhir karena penyakit difteria yang mewabah kala itu. Ia tertular salah seorang anaknya. Yang sangat kebetulan sekali, bahwa Alice meninggal pada tanggal dan bulan yang sama dengan tanggal wafatnya si ayah, yaitu 14 Desember 1878. Kalimat terakhir yang diucapkan Alice adalah "dear papa.." (menyebut ayahnya).
Seorang Ratu Yang Memberi Hidupnya Pada Negara, Namun Hanya Memberi Cinta Pada Seorang Pria.
Kematian Albert menyisakan duka yang tak tergambarkan betapa dalam pada ratu Victoria. Sepeninggal Albert, Victoria memutuskan untuk pindah ke rumah Osborne. Ia memerintahkan agar kebiasaan para pelayan untuk menyiapkan segala keperluan Albert tetap berlangsung, seperti air panas untuk membasuh wajah Albert setiap pagi, handuk untuk mengelap, pakaian untuk dikenakan. Ia memajang foto jasad Albert pada dinding tepat di atas bantal tidur, meletakkan foto Albert semasa muda di sebelah tempat tidur serta mengukir tanggal pertama kali ia dan Albert tidur di ranjang tersebut. Ratu Victoria mengatakan "bagaimana aku bisa meneruskan hidup tanpa belahan jiwaku lagi di sisiku? Seperti menarik daging dari tulangku,sungguh sakit". Sejak saat itulah, Victoria selalu mengenakan pakaian serba hitam (yang berarti berkabung) dan kerudung janda berwarna putih selama 40 tahun hingga ajal menjemputnya. Tak hanya itu, ratu Victoria pun membuat monumen serta patung Albert dan tersebar di Eropa.
Dugaan Victoria Menikah Kembali
Pada 2013 lalu terdapat sebuah tulisan yang menduga hubungan ratu Victoria dengan John Brown. John Brown adalah pengawal kuda pribadi untuk Albert semasa hidup. John berasal dari Skotlandia, konon seorang yang doyan minum alkohol dalam jumlah banyak dan arogan. Namun dedikasinya menjaga ratu Victoria tak perlu diragukan. Ia menolong Victoria dari percobaan pembunuhan, ia menangkap pria bersenjata api malam itu. Ia pula yang menemani Victoria berkuda, menggendong Victoria kala sang ratu terjatuh dan mengalami patah tulang. Semasa hidup, ratu Victoria memberikan John sebuah kamar yang terhubung oleh sebuah pintu dengan kamar pribadinya. Hal ini disebutkan sangat menyalahi etika, apalagi seorang ratu, jika benar keduanya belum menikah. Namun banyak yang menduga bahwa ratu Victoria dan John Brown sebenarnya telah menikah. Hal ini dibuktikan dengan adanya surat pernikahan yang ditemukan. Surat ini kemudian diberikan kepada Ratu Elizabeth II, namun langsung dibakar. Ratu Elizabeth II tidak mengucapkan sepatah kata pun. Seorang pendeta yang menikahkan Victoria dan John mengungkapkan penyesalannya saat terbaring sekarat. Ia menyesal telah menutupi fakta pernikahan keduanya. Sementara cucu dokter pribadi ratu Victoria mengungkapkan bahwa saat meninggal, ratu Victoria telah meninggalkan wasiat kepada dokter pribadinya (James Reid). Ia menginginkan tangan kirinya mengenakan cincin yang diberikan John Brown. Cincin tersebut milik ibu kandung John Brown. Selain itu juga diberikan seikat rambut John Brown. Benda-benda ini disembunyikan dari pandangan publik dengan ditutupi oleh bunga.
Kenapa John Brown?
Adalah pangeran Edward yang sangat tidak menyukai John Brown. Konon hanya putri Beatrice yang tidak menunjukkan ketidaksukaannya. Bagaimana asal muasal hubungan ratu Victoria dengan John Brown? Dalam sebuah tulisan adalah lelaki berusia 13 tahun bernama Robert Lee. Suatu hari, Robert menyampaikan pada abdi dalem tentang sebuah pesan yang hendak ia sampaikan kepada ratu Victoria. Robert mampu menyebut panggilan kesayangan Albert terhadap anjingnya, padahal panggilan tersebut hanya diketahui oleh Albert. Robert mampu "menerawang" hal-hal pribadi yang hanya diketahui Victoria dan Albert saja. Para abdi dalem terpana dan menyampaikan kepada sang ratu. Konon Victoria yang sangat sedih sepeninggal Albert, sangat menginginkan "bercakap" dengan sang suami tercinta kembali. Maka dihelatlah sebuah "upacara medium", konon sebanyak 9 kali. Upacara ini tentu saja sangat rahasia, hanya ratu, Robert dan beberapa abdi dalem terpercaya saja yang hadir. Pada event di luar logika pertama kali itulah, ratu Victoria "mendengar" kembali suara Albert melalui mulut Robert. Seolah Albert berbicara dari liang kuburnya. Setelah upacara ke-9, Victoria menginginkan agar Robert tinggal di istana bersamanya. Namun keinginan ini ditolak. Sebagai gantinya, Robert menyampaikan pesan dari Albert bahwa ia mempercayakan seorang bocah lelaki yang memegang senjata apinya. "Bocah lelaki" yang dimaksud Albert adalah John Brown, meski usianya kala itu sudah 30 tahunan.
PERNIKAHAN EDWARD
Anak kedua Victoria,yaitu pangeran Edward, menikah dengan Alexandra tak lama setelah wafatnya Albert. Sebelum menikah, mereka diharuskan Victoria untuk mengunjungi makam ayahnya. Victoria dan Albert semasa hidup kerap dibuat ketar-ketir oleh ulah Edward yang doyan main perempuan, merokok dan berhura-hura di klub malam. Pangeran Albert yang saat itu sudah sakit-sakitan pun terpaksa menempuh jarak jauh dengan kereta kuda, hanya untuk menemui Edward yang sedang bersekolah di luar kota London (Cambridge) akibat pemberitaan heboh hubungan tak wajar Edward dengan seorang artis kala itu. Albert sangat sedih mendengar bahwa Edward sudah berhubungan intim dengan wanita tersebut. Pada malam pertemuan dan di bawah hujan deras nan dingin, Albert mengajak Edward untuk berjalan jauh. Keduanya basah kuyup. Tak jelas apa yang diperbincangkan oleh keduanya saat itu.
Pangeran Edward ini pada berikutnya menjadi raja Inggris, menggantikan posisi ratu Victoria setelah mangkat. Ratu Victoria meninggal pada tahun 1901 dan dimakamkan bersebelahan dengan pangeran Albert di Mausoleum yang terletak di Frogmore, kastil Windsor. Meski ia siap menjadi raja dan dikenal sebagai raja pembawa damai, namun ia hanya menjadi raja selama 9 tahun dan meninggal akibat stroke.
Kisah Albert
Sosok Albert sedari kecil sudah memiliki sifat yang sangat serius menghadapi hidup. Albert kecil bahkan selalu menuliskan isi hati dan hidup sehari-harinya pada sebuah diari. Sayang kebiasaan yang bagus ini tidak berlanjut saat Albert mulai dewasa. Dalam sebuah tulisannya, pangeran Albert yang berusia 6 tahun menangis karena tidak mampu menemukan arti sebuah kata sehingga dia mendapatkan cubitan dari gurunya.
Banyak orang menduga bahwa kondisi Albert kecil yang kerap menangis akibat tindakan egois sang ayah. Sang ayah kerap berselingkuh sehingga sang ibu "membalas" dengan perselingkuhan pula. Saat sang ayah mengetahui, ibu Albert pun diusir keluar dari rumah. Si ibu yang dipindahkan ke Swiss, dilarang lagi menengok Albert dan kakaknya. Albert pun menanyakan kepada sang ayah tentang hal ini, yang dijawab "Dia memang harus pergi dari rumah ini". Usia Albert kala itu baru 7 tahun dan Ernest 8 tahun. Keduanya tidak pernah lagi bertemu sang ibu. Namun sumber informasi lain menyebutkan bahwa ibunya lah yang pergi meninggalkan Albert dan sang kakak. Masih belum jelas kebenarannya.
Ibunda Albert yang bernama Louise Dorothea kemudian menikah kembali dengan pria yang konon pernah berselingkuh dengannya. Pernikahan ini secara diam-diam. Louise sempat hamil namun janin yang dikandungnya keguguran. Sayang dia harus meninggal di usia 30 tahun akibat penyakit kanker rahim.
Sebelum menikah dengan ratu Victoria, Albert beserta sang kakak Ernest tinggal di sebuah rumah bergaya separuh kastil dan separuh ginger bread house. Rumah tersebut terletak di Roseneau, kota kecil Coburg, di Jerman. Oleh karena usia yang terpaut hanya 1 tahun 2 bulan, maka Albert dan sang kakak belajar bersama di dalam rumah. Albert kecil sudah menunjukkan tingkat kecerdasan yang tinggi melampaui sang kakak.
Setelah menikah, pangeran Albert banyak berperan terhadap politik di Inggris, termasuk mencegah beberapa perang antar negara. Salah satu perang yang berhasil dicegahnya adalah perang melawan Amerika Serikat.
Pangeran Albert pula yang mencetuskan ide pameran industri/Great Exhibition pada tahun 1951. Pameran tersebut diselenggarakan di gedung yang spesial dibangun berbahan dasar kaca. Konon gedung ini terbakar habis, dan kemudian dibangun sebuah museum yang dinamakan Museum Victoria dan Albert.
Pada tahun 1860, setahun sebelum meninggal, pangeran Albert mengendarai kereta kuda seorang diri menuju ke kota kelahirannya. Di tengah perjalanan, tiba-tiba baut-baut terlepas dan membuat keempat kuda panik dan lari melesat. Saat melewati perlintasan kereta api, pangeran Albert memutuskan untuk lompat dari kereta yang dikendarainya tersebut demi menyelamatkan diri. Salah satu kuda mati di tempat akibat benturan. Secara umum, pangeran Albert tidak mengalami cedera serius & hanya menderita memar-lecet, namun ia sangat tergoncang. Albert memberitahu sang kakak dan anak perempuan tertuanya bahwa dia merasa waktunya telah tiba. Dokter khawatir terhadap kejiwaan Albert yang begitu rapuh, bagaimana jika kelak ia harus menghadapi penyakit berat dan tidak memiliki ketegaran untuk bertahan hidup. Albert berkata kepada Victoria :"jika aku sakit nanti, aku tidak akan berjuang untuk bertahan hidup. Aku tidak memiliki ketegaran hidup sepertimu..."
Setelah meninggal, jenazah Albert di semayamkan di chapel Saint George di dalam kastil Windsor selama setahun sebelum akhirnya dipindahkan ke Mausoleum Frogmore.
Banyak orang memandang aneh, bagaimana dua orang yang terikat darah sebagai sepupu pertama dapat menikah. Mari kita tilik dari hubungan ratu Elizabeth II dengan pangeran Philip. Mereka adalah sepupu jauh dan sama-sama memiliki nenek buyut ratu Victoria. Ratu Elizabeth II adalah keturunan dari anak Victoria ke-2 bernama Edward, sedangkan pangeran Philip adalah keturunan dari anak Victoria ke-3 bernama Alice. Bahkan penelitian genekologi menelusuri bahwa pangeran William pun masih ada hubungan saudara sepupu yang sangat jauh, dengan istrinya, duchess of Cambridge, Katherine Middleton, yaitu pada keturunan ke-14 melalui garis ayah sang duchess.
Coba telusuri pohon keluarga anda, siapa tahu suami atau istri anda masih terikat hubungan saudara jauh atau super jauh dengan anda?
0 Komentar untuk "Ratu Victoria dan Pangeran Albert. "