Penemuan di situs penggalian kota Pompeii mengungkapkan persepsi bagaimana cara makan kelas menengah dan bawah bangsa Romawi berupa sup dan bubur, kemudian adanya perdagangan besar buah-buhan, daging, dan rempah-rempah impor yang diperoleh dari Indonesia. Temuan ini terungkap setelah penggalian satu dekade di dua blok kota yang terkubur di bawah gunung berapi, diperkirakan terkubur sejak tahun 79 Masehi dan identik seperti susunan bangunan di abad ke-6.
Hasil temuan ini akan dipublikasikan secara resmi oleh tim arkeolog University of Cincinnati pada tanggal 4 Januari 2014 dalam pertemuan gabungan yang diadakan setiap tahun oleh Archaeological Institute of America ( AIA ) dan Amerika Philological Association ( APA ) di Chicago. Penelitian didukung oleh UC Department of Classics Louise Taft Semple Fund, National Endowment for The Humanities, National Geographic Society, Loeb Classical Library Foundation, dan didanai oleh beberapa perusahaan swasta.
Perdagangan Besar Pompeii, Impor Buah Dan Rempah
Pompeii merupakan salah satu kota Romawi yang berada didekat Naples wilayah Italia. Pompeii, Herculaneum dan beberapa villa disekitarnya sebagian besar hancur dan terkubur tanah dengan kedalaman 4 hingga 6 meter akibat letusan gunung Vesuvius yang terjadi tahun 79 Masehi. Kota ini diperkirakan berdiri sejak abad ke-7 SM dan jatuh ketangan Romawi pada tahun 80 SM. Pada saat letusan terjadi kemungkinan Pompeii berpenduduk 20 ribu jiwa, dimana kota tersebut memiliki sistem pengairan kompleks dan pelabuhan besar.
Bukti kehancuran kota Pompeii awalnya berasal dari sebuah surat Plinius yang menyatakan dirinya melihat letusan dari kejauhan dan menggambarkan kematian pamannya (Pliny), seorang laksamana armada Romawi yang mencoba menyelamatkan warga. Situs ini telah hilang selama kurang lebih 1500 tahun dan ditemukan kembali pada tahun 1599 dan diperluas kembali pada tahun 1748. Pompeii saat ini telah menjadi tujuan wisata selama lebih dari 250 tahun dibawah perlindungan UNESCO.
Menurut Steven Ellis, salah satu tim arkeolog University of Cincinnati, penggalian situs menghasilkan analisis arkeologi terkait hunian lengkap dimana situs itu juga menyimpan pusat bisnis yang terletak disalah satu gerbang tersibuk di Pompeii, Porta Stabia. Wilayah situs mencakup 10 bidang bangunan terpisah dan memiliki 20 bangunan toko yang sebagian besar menjual makanan dan minuman.
Salah satu diantara bukti yang diperiksa merupakan limbah yang diperoleh dari saluran air dan 10 kakus. Limbah makanan yang ditemukan berupa makanan mineral berasal dari dapur dan kotoran manusia, salah satunya adalah sisa makanan terutama biji-bijian. Materi yang dianalisis dari saluran air pembuangan mengungkapkan berbagai kuantitas bahan yang sangat jelas membedakan sosial dan ekonomi antara kegiatan dan kebiasaan konsumsi masing-masing properti, termasuk diantaranya limbah dari penginapan.
Temuan limbah makanan mengungkapkan jenis konsumsi murah dan elit seperti buah-buahan, kacang, zaitun, ikan lokal dan telur ayam, serta potongan daging yang harganya jauh lebih mahal. Selain itu, limbah kotoran yang ditemukan dari saluran air tetangga juga mengungkapkan adanya perbedaan sosial ekonomi antara tetangga. Saluran dari properti pusat diidentifikasi mengandung berbagai makanan kelas atas yang mungkin diperoleh secara impor dari luar Italia, salah satunya kerang, landak laut hingga kaki jerapah.
Tulang kaki jerapah dianggap sebagai makanan eksotis dan ditegaskan bahwa fakta ini dianggap sebagai satu-satunya bukti yang pernah tercatat di penggalian arkeologi Romawi di Italia. Berbagai makanan saji yang disediakan oleh restoran di kota Pompeii tidak hanya menggambarkan adanya perdagangan dari wilayah jauh, tetapi juga menggambarkan kekayaan dan makanan diet kaum non elit.
Salah satu bukti adanya perdagangan dari negara lain adalah impor rempah-rempah yang hanya bisa diperoleh dari wilayah Indonesia.
Tujuan utama penggalian situs kota Pompeii untuk mengetahui hubungan struktural dan sosial dari waktu ke waktu antara penduduk, kaum pekerja, serat peran kalangan elit, dalam membentuk kota perdagangan yang besar serta peran terhadap perkembangan sejarah, politik dan ekonomi di kawasan Mediterania. Salah satu data penting dari penggalian situs arkeologi ini adalah pemahaman tentang diet dan struktur konsumsi makanan penduduk kota.
Referensi
No Scrounging for Scraps: UC Research Uncovers the Diets of the Middle and Lower Class in Pompeii, publish 2 January 2014 by University of Cincinnati. Image Ruins of Pompeii showing Mount Vesuvius via Wikipedia.
0 Komentar untuk "Pompeii, Bukti Romawi Import Rempah Indonesia Di Awal Masehi "