Mayjen TNI dr. Djoko Setyadi (Bilkis/ detikcom) |
detikcom berkesempatan mewawancarai Mayjen TNI dr. Djoko Setyadi yang menjadi kepala di lembaga itu. Dengan ramah, pria yang tampak berwibawa dengan kumis tebalnya itu berbagi soal lembaga yang pertama kali dibentuk bernama "Dinas Kode" pada tanggal 4 April 1946 tersebut.
Berikut petikan wawancaranya:
Tolong ceritakan tentang jabatan Bapak?
Jabatannya setara dengan menteri bertanggung jawab langsung pada presiden. Mempunyai hak untuk mengakses semua informasi dari seluruh instansi pemerintahan. Kita ini ada payung hukumnya, yakni Kepres 103 tahun 2001. Tugas lembaga ini adalah membantu instansi pemerintah dalam melaksanakan tugas negaranya khususnya dalam hal persandian. Kita mengamankan info-info rahasia negara.
Info yang dirahasiakan itu seperti apa ya Pak?
Yang apabila diketahui orang yang salah akan berbahaya. Informasi-informasi yang bersifat classified yang soal pertempuran dan keamanan yang kalau diketahui duluan oleh masyarakat kan bisa bahaya.
Bagaimana Lemsaneg bekerja?
Kami tugasnya pelayanan. Tugas kami mengamankan informasi rahasia negara. Bentuknya bisa voice, data, gambar, peta. Yang kami amankan adalah yang dikomunikasikan antar pejabat tinggi karena menghindari orang-orang yang tidak berkepentingan menyadap di tengah jalan.
Jadi seperti yang di film-film ya Pak?
Iya apapun bentuknya begitu. Dengan hi-tech lah.
Kenapa belum banyak yang tahu?
Kita sudah mencoba sosialiasasi namun tidak langsung secara keseluruhan. Khususnya baru pada tataran lembaga pemerintah. Mereka wajib menggunakan lembaga persandian. Karena di setiap instansi wajib mengguinakan sandi. Karena biar terjaga, biar aman, semua dokumen.
Apa yang menjadi prestasi Lemsaneg?
Sesuai tupoksinya kami sudah bisa mengamankan sampai 60% seluruh kementerian. Semua data dan info dari kementerian kita jaga. Juga komunikasi-komuniasi perwakilan kita KBRI yang ada di seluruh dunia. Laporan duta besar dan kepada kemenlu dan presiden itu kami amankan. Lewat sandi.
Kalau berhubungan dengan pertahanan negara?
Semua divisi dari instansi pemerintah yang bersifat pengolahan sandi itu dari sini. Mereka MoU dengan kita. Misalnya KPU, pernah ada soal data mereka diacak-acak. Itu karena tidak diamankan oleh KPU. Ketika KPU meminta pada lembaga untuk pengamanan pasti kita amankan dengan aplikasi dan sistem yg paling aman kita perbantukan oleh KPU. Insya Allah 2014 aman.
E-KTP itu menjadi salah satu prestasi kami. Segala bentuk pengaman pada chip di dalamnya itu dari kami. Agar tidak dapat diakses data-datanya pada orang yang tidak berkepentingan.
Kementerian Luar Negeri misalnya, memerlukan laporan-laporan dari seluruh perwakilan negara nah tentunya dari KBRI mengirimkan laporan-laporan ke Kemlu. Isinya bisa positif atau negatif terhadap negara setempat. Ketika ini dikomunikasikan email atau apapun itu, itu harus diamankan. Kalo disadap di tengah jalan kan bisa tau isinya apa.
100 % dari Kemlu kita amankan. Mengamankan segala penyadapan terhadap hal dari pemerintah dan ke pemerintah.
Hanya bisa dengan pemerintah dan BUMN-kah?
Sementara itu dulu, karena belum 100 %, kalau sudah 100 % why not kita ke publik.
Berdirinya 1946. Semuanya terus meningkat hingga saat ini semuanya sudh computerized.
Apakah Lemsaneg juga bisa melacak teroris?
Kalau misalnya mereka menggunakan kode-kode tertentu, kita bisa ambil. Hanya saja saat ini baru sekitar 56 %. Salah satu kendalanya ada pada sumber daya manusia yang belum mencukupi. Terus kita tingkatkan. Kalo keberhasilannya sudah sangat bagus.
Pasti ikut andil dalam deteksi dini kan?
Betul. Setiap instansi pasti punya deteksi dini. Hanya saja, deteksi dini dari lembaga ini kan, kita mencoba mengambil mencoba menyapu di areal dunia maya. Ketika ada yang sifatnya membahayakan kami bisa langsung ambil dan kupas lalu melaporkan pada pemerintah.
Sistem kerjanya sama seperti BIN?
Saya kurang tahu seperti apa kalau di BIN. Tapi yang jelas lembaga menggunakan hi-tech, kami analisa dan kami salurkan pada pemerintah.
Outputnya lembaga ini memang untuk pemerintah. Tidak untuk publik. Jadi nanti juga kalau terbuka pada publik, ada yang bisa diberikan pada publik mana yang tidak. Demi kemaslahatan Indonesia.
Prestasi yg sudah tercapai?
E KTP itu prestasi, anda bisa coba merekam di sini dengan mengganti beberapa hal tetap akan ketahuan. Kita punya sistem dengan tingkat pengamanan tertentu yang akan memberitahu bahwa ini dobel. Sudah ada sekitar 7 juta yang ketahuan dobel. Saya jamin tidak ada yg dobel.
Penerimaan CPNS di seluruh Indonesia. Kami yang mengamankan master yang dikirim ke daerah supaya tidak bocor. Diamankan, di enkripsi oleh lembaga sandi, dikirim ke tempat dia akan diujikan. Timbul pertanyaan seorang sekda, "kami tidak yakin dikirim jangan-jangan bisa bocor di jalan". Saya minta salah satu orang lembaga untuk ikut mengawal. Saya bilang, tidak usah begitu Pak Sekda. Jadi ketika sudah diamankan oleh lembaga ini, anda kasih juga tidak akan bisa dibaca.
Bentuknya?
Sudah dalam bentuk sandi, berita sandi. Soal tadi kita olah jadi berita sandi. Jadi tidak bisa dibaca. Nanti sampai di lokasi tempat ujian, dibuka lagi oleh lembaga sandi.
Penerimaan akmil, bintara dan kepolisian, pengolahan proses mulai dari pendaftaran hingga dinyatakan lulus itu lembaga diamankan. Itu secara trasnparan kami lakukan di polda dan dihadiri seluruh komponen. Dan semua puas dengan hasilnya. Jadi itu betul-betul murni, akuntabel, humanis, itu sudah 4 tahun lalu kita lakukan.
Ada perwakilan Lemsaneg di seluruh Indonesia?
Ada. Tetapi bentuknya di bawah kepala biro umum, ada satu bagian namanya santel (sandi dan telekomunikasi), dalam pemprov. Sudah ada beberapa di tingkat kabupaten juga tapi belum semuanya. Kalau di daerah bagian dari pemprov, kalau di luar negeri bagian dari kemlu.
Berarti seleksinya ketat sekali ya Pak?
Iya, harus orang jujur. Memang kami masih terkendala dengan sumber daya manusia yang masih sedikit. Tertatihtatih memang, tapi saya putuskan untuk terus berjalan.
Kalau tentang info teroris Pak?
Itu yg membidani kan dari kepolisian, ketika mabes itu keep untuk tidak dicampuri, ya tidak. Sebenarnya kami bisa bantukan teknologinya.
Teknologinya?
Bagaimana mereka berkomunikasi, mereka kemana-mana itu bisa kita track.
Berarti sebenarnya kita menonton film luar yang mempertontonkan sistem pelacakan dan semacamnya itu Indonesia juga sudah punya dong Pak?
Banget. Hanya saja tidak bisa dipublikasikan.
Ini memang yang dipublish memang hanya yang berhubungan dengan negara. Yang berhubungan dengan pertahanan negara. Itu memang hanya untuk pemerintah. Dunia maya kan tidak bisa dilacak kan. Tergantung pintar-pintarnya pertahanan siapa.
Seperti kalo presiden AS kemarin kesini kan mereka menggunakan alat-alat yang levelnya di atas sana. Kalau kita mau melacak, itu rusak alat kita. Ditindak frekuensi kita.
Orangnya?
Orang saya. Setiap perwakilan itu dari saya. Jumlahnya sekitar 2-3 orang.
Kalau dari pegawai dari instansi terkait (divisi sandi), kami ikutkan pelatihan sehingga memiliki sertifikasi dari kami.
Apakah Lemsaneg bisa dibilang institusi bawah tanah?
Sebenarnya tidak juga, karena lembaganya yang jelas. Tapi informasi yang didapatkannnya memang tersembunyi.
Apakah berat memimpin lembaga ini?
Sebenarnya kalau dibilang berat, tidak juga ya. Karena di sini tidak hanya dibutuhkan orang yang pintar tetapi yang memiliki loyalitas yang tinggi. Karena kalau tidak bisa saja menjual rahasia negara. Dan itu harganya mahal sekali. Itu yang bahaya. Makanya tesnya berat. Tapi yang didaptkan, adalah yang terbaik.
Ada yang sudah kedapatan membocorkan?
Tidak ada. Karena kan disumpah mereka.
Kesulitan lembaga ini apa?
Kalau kesulitannya sebenarnya nggak ada. Sekolahnya ada, orangnya ada, teknologinya ada
Human errornya?
Kecil, hampir tidak ada. Karena semua yang masuk harus melalui psikotes. Seperti kemarin yang mau masuk sekolah itu ada 6.000 orang, yang memenuhi syarat 40 orang ya itu yang kita terima. Hasil perekrutan kami setiap tahun tidak pernah lebih dari 40.
Saya lulusnya tahun 1980. Angkatan saya hanya 8 orang dulu. Dulu lulusan IPA dan rata-rata harus 7. Saya memang TNI. Saya lulus, masuk TNI, tahun 1982 saya letnan 2 berkarier di TNI. Saya sudah ke Kalbar, Kalsel, Kaltim, pindah ke Timur Tengah, ke Indonesia lagi, tugas ke Medan balik ke Jakarta lagi. Masuk paspampres, jadi sudah 11 kali saya pindah.
Apa ada teror ke Bapak?
Ada saja. Tapi kan kita bisa ukur semuanya. Kita ada lapisannya juga. Ada yang kirim surat kaleng dan semacamnya.
Bapak menjabat sejak tahun berapa?
Tahun 2003. Disini kan tahun jabatannya mengikuti tahun pensiun dari TNI. Saya Insya Allah sampai 2016.
Apakah butuh kontribusi masyarakat?
Secara langsung, tidak. Karena kami sudah mandiri. Yang ada kami memberi kontribusi pada masyarakat. Yakni memberikan pengetahuan.
Ada imbauan pada masyarakat?
Harus lebih hati-hati menggunakan portable devices. Kejahatan saat ini, saya bisa ambil data Anda tanpa mengambil HP-nya. Bisa fitnah, pemalsuan, dan semacamnya.
Sumber : Detik
0 Komentar untuk "Lembaga Sandi Negara, Hi Tech dan Misterius "