Jakarta : Pemerintah Indonesia memutuskan meninjau ulang rencana pembelian pesawat Super Tucano EMB 314/A-29. Tindakan ini diambil setelah Presiden Brasil Dilma Vana Rousseff menunda menerima surat kepercayaan (credential) dari Duta Besar Indonesia untuk Brasil, Toto Rianto.
Meski telah memesan 16 unit pesawat Super Tucano sejak 2012 lalu, namun tidak menutup kemungkinan dihentikan jika hubungan kedua negara terus memanas. Terutama penolakan Brasil atas eksekusi yang dilakukan Indonesia terhadap dua warganya. Kementerian Pertahanan Republik Indonesia menyatakan bakal pikir-pikir melanjutkan kontrak membeli 16 unit pesawat Super Tucano versi EMB-314/A-29B bikinan pabrikan Embraer asal Brasil buat memperkuat TNI Angkatan Udara.
Hal itu buntut dari memanasnya hubungan Indonesia dengan negeri samba itu lantaran kebijakan hukuman mati. Kemhan menyatakan juga bakal kembali mengkaji ulang kontrak pembelian pesawat baling-baling itu. Kebijakan itu juga bakal berdampak panjang.
"Nanti akan ditinjau kembali sesuai ketentuan kontrak. Lalu nantinya ke depan akan mengevaluasi rencana pembelian alutsista dari Brasil yang akan dibeli," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Djundan, di Jakarta, Kamis (26/2).
Menurut Djundan, Kemhan mendukung kebijakan politik luar negeri dalam hubungan Indonesia dengan Brasil. Bahkan dia meyakini akan menunda kontrak pembelian alat utama sistem persenjataan baru dari Brasil. Sementara buat pembelian alutsista sudah dibeli dari Brasil akan ditinjau kembali.
"Menunda proses pembicaraan pengesahan persetujuan kerja sama bidang pertahanan," ujar Djundan.
Djundan menambahkan, Indonesia tidak cuma menggantungkan membeli alutsista dari Brasil. Dia juga menegaskan tetap mendukung keputusan Presiden Joko Widodo.
"Kerja sama tidak hanya dengan Brasil saja kan. Tapi apa pun keputusan pemerintah kita dukung," tandas Djundan.
Sementara di lain kesempatan, Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto mengatakan bahwa 8 unit pesawat Super Tucano masih terparkir di Lanud Malang.
"Kebijakan alutsista ada di Kemenhan. Delapan yang sudah dibeli ada di Malang," ujarnya.
Seperti apa keunggulan Super Tucano buatan Brasil ini? Dari penelusuranmerdeka.com, Super Tucano memiliki kemampuan menempuh operasi jarak jauh karena dilengkapi mesin jenis Hartzell 5-blade dan Pratt & Whitney Canada PT6A-68C turboprop yang masing-masing berkuatan 1.196 kW. Dengan mesin tersebut, Super Tucano mampu melesat hingga 590 km per jam hingga jarak 1.330 km.
Dalam sebuah pertempuran, pesawat ini mampu menampung tujuh jenis senapan mesin, yakni dua unit senapan mesin FN Herstal M3P kaliber 12,7 mm jenis di bagian sayap, 1 unit kanon GIAT M20A1 kaliber 20 mm di badan pesawat, senapan mesin FN Herstal HMP kaliber 12,7 mm, dan empat minigun Dillon Aero M134 kaliber 7,62 mm. Masing-masing sayap mampu membawa 4 unit roket berkaliber 70 mm yang bisa digunakan untuk pertempuran udara atau menembak target di darat. Tak hanya itu, Super Tucano juga bisa membawa bom dalam misi-misi tertentu.
Pesawat ini menggunakan sistem avionik MIL-STD-1553 seperti yang digunakan jet tempur AS modern lainnya, seperti F-16 Falcon, F-18 Hornet, AH-64 Apache, P-3C Orion, F-15 Eagle and F-20 Tigershark, serta sistem pengelihatan malam berupa NVG ANVIS-9.
Jangan sampai pesawat-pesawat TNI AU tak bisa mengudara seperti saat kasus embargo senjata yang dulu dilakukan oleh Amerika Serikat dulu.
0 Komentar untuk "Jika setop kerja sama RI-Brasil, gimana nasib Super Tucano TNI AU?"