Jakarta (MI) : Tentara Nasional Indonesia membentuk pasukan elite untuk menangkal kejahatan terorisme di tanah air. Pasukan itu gabungan dari tiga matra –Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan diberi nama Komando Operasi Khusus Gabungan TNI.
Komando Operasi Khusus Gabungan ini diresmikan oleh Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Selasa (9/6). “Pasukan ini berjumlah 90 prajurit dan berasal dari tiga pasukan khusus, yakni Sat-81 Kopassus TNI AD, Denjaka Marinir TNI AL, dan DenBravo Kopaskhas TNI AU,” kata Moeldoko.
Komando Operasi Khusus Gabungan ini diresmikan oleh Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Selasa (9/6). “Pasukan ini berjumlah 90 prajurit dan berasal dari tiga pasukan khusus, yakni Sat-81 Kopassus TNI AD, Denjaka Marinir TNI AL, dan DenBravo Kopaskhas TNI AU,” kata Moeldoko.
Satuan 81/Penanggulangan Teror Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD memiliki kemampuan khusus bergerak cepat di tiap medan, menembak tepat, mengintai, dan tentu saja antiteror. Kekuatan satuan ini, baik jumlah personel maupun persenjataannya, dirahasiakan sesuai visi misi mereka, yakni untuk tidak diketahui, tidak terdengar, dan tidak terlihat.
Sementara Denjaka (Detasemen Jala Mengkara) TNI AL ialah gabungan antara personel Kopaska yakni satuan khusus untuk peperangan laut –setingkat US Navy SEALs, dan personel Batalyon Intai Amfibi yang juga satuan elite Korps Marinir. Denjaka sendiri merupakan satuan antiteror AL. Mereka bisa beroperasi di wilayah RI mana saja, namun dengan kekhususan pada antiteror di laut.
Terakhir, DenBravo Kopaskhas (Korps Pasukan Khas) TNI AU ialah satuan pasukan elite AU setara Kopassus yang bahkan disebut memiliki kemampuan di atas US Special Tactics Squadron.
Moeldoko menyatakan gabungan ketiga pasukan elite tersebut akan menghadang dan menangani ancaman terorisme di Indonesia. Ia menegaskan Komando Operasi Khusus Gabungan bukan dibentuk untuk menyaingi Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, namun lebih sebagai upaya preventif TNI jika diminta Presiden membantu polisi menangani aksi terorisme.
“Intinya jangan sampai kalau TNI ditunjuk atau ditetapkan sebagai pelaku penyelesaian terorisme, kami tidak mampu atau tidak siap," ujar Moeldoko.
Untuk bergabung ke pasukan khusus tersebut, prajurit dari tiga satuan khusus pada tiga matra harus mengikuti seleksi ketat. “Orang-orang yang masuk 90 prajurit di sini adalah yang betul-betul dipersiapkan dengan baik. Yang enggak terpilih akan masuk dalam pembinaan Kopassus atau Denjaka lagi,” kata Moeldoko.
Kepemimpinan di tubuh pasukan khusus gabungan antiteror TNI ini akan dijabat secara bergiliran. Untuk enam bulan pertama, ujar Moeldoko, jabatan itu akan dipegang Komandan Jenderal Kopassus. Enam bulan berikutnya giliran Komandan Marinir, dan dilanjutkan oleh Komandan Paskhas.
Moeldoko berharap pembentukan pasukan khusus ini dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat. "Jangan macam-macam. Pasukan saya siap. Ini pesan saya kepada yang pernah mengancam saya," kata dia.
Sementara Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Edhy Tedjo Purdijatno menyatakan perang modern membutuhkan kemampuan seluruh matra di tubuh militer. Mantan KSAU itu yakin satuan khusus gabungan antiteror TNI ini dapat menjalankan operasi yang bersifat asimetrik.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Manahan Simorangkir menyebut Komando Operasi Khusus Gabungan antara lain akan diturunkan untuk menghadapi teror besar (intensifying counter-terrorism efforts).
Sementara Denjaka (Detasemen Jala Mengkara) TNI AL ialah gabungan antara personel Kopaska yakni satuan khusus untuk peperangan laut –setingkat US Navy SEALs, dan personel Batalyon Intai Amfibi yang juga satuan elite Korps Marinir. Denjaka sendiri merupakan satuan antiteror AL. Mereka bisa beroperasi di wilayah RI mana saja, namun dengan kekhususan pada antiteror di laut.
Terakhir, DenBravo Kopaskhas (Korps Pasukan Khas) TNI AU ialah satuan pasukan elite AU setara Kopassus yang bahkan disebut memiliki kemampuan di atas US Special Tactics Squadron.
Moeldoko menyatakan gabungan ketiga pasukan elite tersebut akan menghadang dan menangani ancaman terorisme di Indonesia. Ia menegaskan Komando Operasi Khusus Gabungan bukan dibentuk untuk menyaingi Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, namun lebih sebagai upaya preventif TNI jika diminta Presiden membantu polisi menangani aksi terorisme.
“Intinya jangan sampai kalau TNI ditunjuk atau ditetapkan sebagai pelaku penyelesaian terorisme, kami tidak mampu atau tidak siap," ujar Moeldoko.
Untuk bergabung ke pasukan khusus tersebut, prajurit dari tiga satuan khusus pada tiga matra harus mengikuti seleksi ketat. “Orang-orang yang masuk 90 prajurit di sini adalah yang betul-betul dipersiapkan dengan baik. Yang enggak terpilih akan masuk dalam pembinaan Kopassus atau Denjaka lagi,” kata Moeldoko.
Kepemimpinan di tubuh pasukan khusus gabungan antiteror TNI ini akan dijabat secara bergiliran. Untuk enam bulan pertama, ujar Moeldoko, jabatan itu akan dipegang Komandan Jenderal Kopassus. Enam bulan berikutnya giliran Komandan Marinir, dan dilanjutkan oleh Komandan Paskhas.
Moeldoko berharap pembentukan pasukan khusus ini dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat. "Jangan macam-macam. Pasukan saya siap. Ini pesan saya kepada yang pernah mengancam saya," kata dia.
Sementara Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Edhy Tedjo Purdijatno menyatakan perang modern membutuhkan kemampuan seluruh matra di tubuh militer. Mantan KSAU itu yakin satuan khusus gabungan antiteror TNI ini dapat menjalankan operasi yang bersifat asimetrik.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Manahan Simorangkir menyebut Komando Operasi Khusus Gabungan antara lain akan diturunkan untuk menghadapi teror besar (intensifying counter-terrorism efforts).
Sumber : CNN
0 Komentar untuk "Bentuk Pasukan Elite Gabungan, TNI Bentengi RI dari Teror"