Feodalisme adalah struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik yang dijalankan kalangan bangsawan/monarki untuk mengendalikan berbagai wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra. Dalam pengertian yang asli, struktur ini disematkan oleh sejarawan pada sistem politik di Eropa pada Abad Pertengahan, yang menempatkan kalangan kesatria dan kelas bangsawan lainnya (vassal) sebagai penguasa kawasan atau hak tertentu (disebut fief atau, dalam bahasa Latin, feodum) yang ditunjuk oleh monarki (biasanya raja atau lord).
Istilah feodalisme sendiri dipakai sejak abad ke-17 dan oleh pelakunya sendiri tidak pernah dipakai. Semenjak tahun 1960-an, para sejarawan memperluas penggunaan istilah ini dengan memasukkan pula aspek kehidupan sosial para pekerja lahan di lahan yang dikuasai oleh tuan tanah, sehingga muncul istilah "masyarakat feodal". Karena penggunaan istilah feodalisme semakin lama semakin berkonotasi negatif, oleh para pengkritiknya istilah ini sekarang dianggap tidak membantu memperjelas keadaan dan dianjurkan untuk tidak dipakai tanpa kualifikasi yang jelas.
Dalam penggunaan bahasa sehari-hari di Indonesia, seringkali kata ini digunakan untuk merujuk pada perilaku-perilaku negatif yang mirip dengan perilaku para penguasa yang lalim, seperti 'kolot', 'selalu ingin dihormati', atau 'bertahan pada nilai-nilai lama yang sudah banyak ditinggalkan'. Arti ini sudah banyak melenceng dari pengertian politiknya.
kapitalisme dapat ditelusuri kembali ke bentuk awal pedagang kapitalisme dipraktekkan di Eropa Barat selama Abad Pertengahan. Sejarah ini mulai berkembang menjadi bentuk modern selama Awal periode modern pada Protestan negara Eropa Utara-Barat, terutama Belanda dan Inggris. Pedagang di Amsterdam dan London menciptakan sewaan saham gabungan perusahaan yang menjalankan perniagaan dan perdagangan, dan ini menjadi awal didirikannya lembaga bursa , perbankan dan asuransi .
Selama lima ratus tahun yang lalu, modal telah dikumpulkan dalam berbagai metode yang berbeda, dalam berbagai skala, dan terkait dengan banyak variasi pemusatan kekuatan ekonomi dan kekayaan. Sebagian besar sejarawan dari lima ratus tahun terakhir prihatin dengan perkembangan kapitalisme dalam berbagai bentuknya.
Bedasarkan sejarah antar kedua sistem yang saya jelaskan di atas memang sangat berbeda. Akan tetapi, setelah saya diskusikan dengan seorang teman dalam satu pergerakan, ia berargumen bahwa: Feodalisme dan Kapitalisme itu mempunyai tujuan yang sama. Yaitu menumpuk modal yang sebesar-besarnya. Dalam tujuan itu, si pelaku memang berkuasa. Kenapa demikian? Karena dari usaha yang ia kembangkan dengan modalnya yang besar, ia bisa mempekerjakan orang lain dalam penanganannya. Jadi, yang menanganinya itu akan menyetorkan hasil atau untung dari usaha si pelaku oleh para buruh yang bekerja di perusahaan tersebut. Intinya buruh-buruh itu dijadikan sebagai alat untuk menumpuk modal atau keuntungan yang banyak bagi si pelaku.
Salah satu basis dari perkembangan kapitalisme pada akhir abad 18, di samping dengan menghancurkan tatanan feodalisme, adalah revolusi industri — sebuah nama yang diberikan oleh Engels terhadap proses transisi ketika Inggris menjadi negeri kapitalis pada akhir abad 18. Pada masa itu, Inggris dan juga Eropa, mengalami perubahan-perubahan cepat di bidang teknologi. Penemuan-penemuan penting telah terjadi, dari mesin uap, mesin transportasi dan terutama penemuan mesin-mesin di cabang industri tekstil. Hasilnya, teknik-teknik pemintalan dan penenunan pun berubah secara radikal. Industri tekstil tidak lagi mempekerjakan beberapa perajin yang hanya menggunakan alat-alat jahit sederhana, tetapi alat modern yang menyedot ratusan buruh. Produktivitas pun jauh melonjak dibanding sebelumnya. Demikian halnya dengan mesin uap yang sangat berpengaruh pada kemampuan produksi, industri tidak lagi tergantung pada suplai air dari sungai, tetapi dengan mesin yang dapat menjadi bank air. Transpotasi telah membuat jarak antar kota dan desa semakin dekat dan mudah ditempuh.
Dalam situasi seperti ini, konsentrasi produksi adalah suatu yang tak terelakkan. Cara-cara produksi kerajinan telah tersingkirkan, bangkrut karena tidak mampu bersaing bahkan ditelan oleh industri-industri manufaktur besar. Cabang-cabang produksi yang pada sistem produksi kerajinan terpisah-pisah kini telah disatukan dalam pabrik-pabrik besar. Kelas buruh, satu kelas baru yang pada masa berikutnya menjadi seteru penguasa baru, telah muncul. Inilah satu hal yang terpenting dari perkembangan kapitalisme bersamaan dengan perkembangan revolusi industri. Kapitalisme telah menghancurkan feodalisme; ia telah meniadakan pertentangan yang tak kenal ampun antara borjuasi dengan bangsawan. Namun, bukan berarti pertentangan sudah tidak ada lagi, justru muncul yang baru, pertentangan antara kelas buruh dan borjuasi.
Pada awal abad 19 terjadi beberapa kali perlawanan kelas buruh yang diarahkan terhadap mesin-mesin produksi. Mereka menilai, mesin itulah penyebab dari segala penindasan. Perlawanan terbesar terjadi pada tahun 1815 di Inggris. Gerakan meluas ke seluruh pusat industri, secara terorganisir (dalam sejarah kemudian dikenal dengan gerakan Luddites). Dengan cepat, kelas penguasa melibas gerakan tersebut, beberapa pemimpin buruh ditangkap dan sebagian lainnya dihukum mati.
Di Indonesia, gerakan buruh dimulai di permulaan abad 20, yang pada masa awal dipimpin oleh faksi radikal dari Serikat Islam. Tentu, gerakan buruh yang tumbuhnya seiring dengan maraknya organisasi-organisasi modern tersebut memiliki nuansa yang berbeda dengan Eropa. Ia tidak hanya melawan penindasan ekonomi kapitalisme, tetapi juga kolonialisme.
Istilah feodalisme sendiri dipakai sejak abad ke-17 dan oleh pelakunya sendiri tidak pernah dipakai. Semenjak tahun 1960-an, para sejarawan memperluas penggunaan istilah ini dengan memasukkan pula aspek kehidupan sosial para pekerja lahan di lahan yang dikuasai oleh tuan tanah, sehingga muncul istilah "masyarakat feodal". Karena penggunaan istilah feodalisme semakin lama semakin berkonotasi negatif, oleh para pengkritiknya istilah ini sekarang dianggap tidak membantu memperjelas keadaan dan dianjurkan untuk tidak dipakai tanpa kualifikasi yang jelas.
Dalam penggunaan bahasa sehari-hari di Indonesia, seringkali kata ini digunakan untuk merujuk pada perilaku-perilaku negatif yang mirip dengan perilaku para penguasa yang lalim, seperti 'kolot', 'selalu ingin dihormati', atau 'bertahan pada nilai-nilai lama yang sudah banyak ditinggalkan'. Arti ini sudah banyak melenceng dari pengertian politiknya.
kapitalisme dapat ditelusuri kembali ke bentuk awal pedagang kapitalisme dipraktekkan di Eropa Barat selama Abad Pertengahan. Sejarah ini mulai berkembang menjadi bentuk modern selama Awal periode modern pada Protestan negara Eropa Utara-Barat, terutama Belanda dan Inggris. Pedagang di Amsterdam dan London menciptakan sewaan saham gabungan perusahaan yang menjalankan perniagaan dan perdagangan, dan ini menjadi awal didirikannya lembaga bursa , perbankan dan asuransi .
Selama lima ratus tahun yang lalu, modal telah dikumpulkan dalam berbagai metode yang berbeda, dalam berbagai skala, dan terkait dengan banyak variasi pemusatan kekuatan ekonomi dan kekayaan. Sebagian besar sejarawan dari lima ratus tahun terakhir prihatin dengan perkembangan kapitalisme dalam berbagai bentuknya.
Bedasarkan sejarah antar kedua sistem yang saya jelaskan di atas memang sangat berbeda. Akan tetapi, setelah saya diskusikan dengan seorang teman dalam satu pergerakan, ia berargumen bahwa: Feodalisme dan Kapitalisme itu mempunyai tujuan yang sama. Yaitu menumpuk modal yang sebesar-besarnya. Dalam tujuan itu, si pelaku memang berkuasa. Kenapa demikian? Karena dari usaha yang ia kembangkan dengan modalnya yang besar, ia bisa mempekerjakan orang lain dalam penanganannya. Jadi, yang menanganinya itu akan menyetorkan hasil atau untung dari usaha si pelaku oleh para buruh yang bekerja di perusahaan tersebut. Intinya buruh-buruh itu dijadikan sebagai alat untuk menumpuk modal atau keuntungan yang banyak bagi si pelaku.
Salah satu basis dari perkembangan kapitalisme pada akhir abad 18, di samping dengan menghancurkan tatanan feodalisme, adalah revolusi industri — sebuah nama yang diberikan oleh Engels terhadap proses transisi ketika Inggris menjadi negeri kapitalis pada akhir abad 18. Pada masa itu, Inggris dan juga Eropa, mengalami perubahan-perubahan cepat di bidang teknologi. Penemuan-penemuan penting telah terjadi, dari mesin uap, mesin transportasi dan terutama penemuan mesin-mesin di cabang industri tekstil. Hasilnya, teknik-teknik pemintalan dan penenunan pun berubah secara radikal. Industri tekstil tidak lagi mempekerjakan beberapa perajin yang hanya menggunakan alat-alat jahit sederhana, tetapi alat modern yang menyedot ratusan buruh. Produktivitas pun jauh melonjak dibanding sebelumnya. Demikian halnya dengan mesin uap yang sangat berpengaruh pada kemampuan produksi, industri tidak lagi tergantung pada suplai air dari sungai, tetapi dengan mesin yang dapat menjadi bank air. Transpotasi telah membuat jarak antar kota dan desa semakin dekat dan mudah ditempuh.
Dalam situasi seperti ini, konsentrasi produksi adalah suatu yang tak terelakkan. Cara-cara produksi kerajinan telah tersingkirkan, bangkrut karena tidak mampu bersaing bahkan ditelan oleh industri-industri manufaktur besar. Cabang-cabang produksi yang pada sistem produksi kerajinan terpisah-pisah kini telah disatukan dalam pabrik-pabrik besar. Kelas buruh, satu kelas baru yang pada masa berikutnya menjadi seteru penguasa baru, telah muncul. Inilah satu hal yang terpenting dari perkembangan kapitalisme bersamaan dengan perkembangan revolusi industri. Kapitalisme telah menghancurkan feodalisme; ia telah meniadakan pertentangan yang tak kenal ampun antara borjuasi dengan bangsawan. Namun, bukan berarti pertentangan sudah tidak ada lagi, justru muncul yang baru, pertentangan antara kelas buruh dan borjuasi.
Pada awal abad 19 terjadi beberapa kali perlawanan kelas buruh yang diarahkan terhadap mesin-mesin produksi. Mereka menilai, mesin itulah penyebab dari segala penindasan. Perlawanan terbesar terjadi pada tahun 1815 di Inggris. Gerakan meluas ke seluruh pusat industri, secara terorganisir (dalam sejarah kemudian dikenal dengan gerakan Luddites). Dengan cepat, kelas penguasa melibas gerakan tersebut, beberapa pemimpin buruh ditangkap dan sebagian lainnya dihukum mati.
Di Indonesia, gerakan buruh dimulai di permulaan abad 20, yang pada masa awal dipimpin oleh faksi radikal dari Serikat Islam. Tentu, gerakan buruh yang tumbuhnya seiring dengan maraknya organisasi-organisasi modern tersebut memiliki nuansa yang berbeda dengan Eropa. Ia tidak hanya melawan penindasan ekonomi kapitalisme, tetapi juga kolonialisme.
0 Komentar untuk "Sejarah munculnya paham Liberalisme "