Prasangka buruk dalam Islam disebut su’ul zhan (سوء الظنّ). Lawannya adalah husnul zhan (حسن الظنّ) yaitu prasangka baik atau berbaik sangka. Prasangka buruk merupakan pendapat anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui, menyaksikan, atau menyelidiki sendiri. Hal ini sebenarnya dapat merusak ukhuwah dan tali silaturrahim, karena dapat menimbulkan fitnah dan itu dapat merugikan orang lain. Oleh karena itu, hal ini sangat ditentang dalam Islam. Bahkan Allah mengumpamakan dosa fitnah itu lebih besar daripada pembunuhan. Sesuai dengan firman-Nya pada surat al-Baqarah [2]: 191 : "......dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan......" dan pada Surat al - Baqarah [2]: 217 : "........ Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh.........".
Sesungguhnya sifat su’ul zhan dapat memutus ukhuwah Islamiyah dan tali silaturahmi. Padahal sebagai seorang muslim, sudah seharusnyalah saling menghormati dan menghargai, baik sesama muslim maupun kepada manusia secara umum. Kita juga diwajibkan untuk saling tolong-menolong. Kita pun tidak seharusnya mencari - cari kesalahan atau aib orang lain Sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa ta'ala dalam surat al - Hujurat [49] : 12 : "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang."
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda : إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذّبُ الْحَدِيْث yang artinya: "Hati-hatilah kamu terhadap prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta" (H.R Muslim). Akdzabul Hadits dapat pula diartikan sebagai ‘ucapan yang paling dusta’, ‘paling dustanya perkataan’, ‘berita yang paling dusta’, ‘kedustaan besar’, dan lainnya. Meskipun dengan redaksi yang berbeda, semua terjemahan tersebut mengandung esensi dan maksud yang sama, yaitu prasangka itu merupakan sebuah ucapan atau perkataan yang paling dusta.
Imam al-Nawawi berkata untuk menjelaskan ucapan al-Khaththabi tentang zhan yang dilarang dalam hadits ini, “Zhan yang diharamkan adalah zhan yang terus menetap pada diri seseorang, terus mendiami hatinya, bukan zhan yang sekadar terbetik di hati lalu hilang tanpa bersemayam di dalam hati. Karena zhan yang terakhir ini di luar kemampuan seseorang. Sebagaimana yang telah lewat dalam hadits bahwa Allah I memaafkan umat ini dari apa yang terlintas di hatinya selama ia tidak mengucapkannya atau ia bersengaja.” (Al-Minhaj, 16/335)
Dimungkinkan pula, kata Al-Qadhi ‘Iyadh, bahwa zhan yang dilarang adalah zhan yang murni atau tidak beralasan, tidak dibangun di atas asas dan tidak didukung dengan bukti. (Ikmalul Mu’lim bi Fawa`id Muslim, 8/28). Pernyataan di atas menjelaskan bahwa dosa dari prasangka buruk muncul ketika seseorang telah memiliki zhan, kemudian terus bersemayam di hati hingga akhirnya ia mengucapkannya. Apalagi jika itu tidak beralasan dan tidak didukung oleh bukti-bukti yang jelas.
Oleh Karena Itu, Jangan biarkan prasangka itu bercongkol dalam hati walaupun hanya sedikit. Sesungguhnya prasangka itu berawal dari hati, dan kemudian berlanjut pada ucapan yang tidak-tidak, seperti ngata-ngatain, menggunjing, membicarakan seseorang, gosip, menyebarkan isu, menjelek-jelekkan orang, dan lain sebagainya.
Cara Menjauhi Sifat Prasangka Buruk
Setidaknya ada beberapa cara untuk menghilangkan munculnya prasangka buruk, Yaitu:
Pertama, mendahulukan prasangka baik daripada prasangka buruk. Ini dapat diartikan dengan selalu berpikir positif kepada orang lain. Segala sesuatu yang kita dengar dan lihat dapat menimbulkan prasangka baik atau buruk. Tergantung dari cara kita menanggapinya. Oleh karena itu, selalu dahulukan prasangka baik adalah pilihan utama. Dengan berprasangka baik, maka kita tidak akan terkotori oleh bisikan-bisikan setan yang terus membumbui pemikiran kita dengan prasangka buruk.
Kedua, mencari alasan-alasan positif bagi orang lain saat mereka melakukan kekeliruan. Semua manusia pasti melakukan kesalahan. Namun tidak mesti kesalahan itu kita tanggapi dengan cara yang buruk. Bisa jadi kesalahan tersebut dilakukan karena ketidaksengajaan. Tinggalkan sikap mencari-cari kesalahan orang lain.
Ketiga, jauhi sikap suka menggali-gali rahasia dan membicarakan aib orang lain. Sikap ini sangat berdekatan dengan prasangka buruk. Dari sikap inilah muncul prasangka buruk yang pada akhirnya menimbulkan fitnah.
Insya Allah dengan mengikuti tips ini kita semua dapat terhindar dari sifat "Prasangka Buruk". Amin Ya Allah
Sumber : http://alrasikh.uii.ac.id/2013/06/07/jangan-berprasangka-buruk-2/ (Dengan Beberapa Perubahan)
0 Komentar untuk "Jauhilah Berprasangka Buruk"